SUNGGUH SEMPURNA
Saya bekerja di salah satu perusahaan swasta di Ibukota, dimana lingkungannya mayoritas adalah warga keturunan (Chinese). Termasuk atasan saya. Dia adalah seorang wanita berusia sekitar 41Tahun. Memiliki 2 orang anak. Sebagai seorang sales, saya banyak sekali berurusan sama atasan saya untuk diskusikan hal-hal yang penting, sehingga sudah pasti intensitas percakapan kami menjadi sangat sering. Bahkan bisa dibilang tidak kenal waktu.
Suatu hari saya diutus oleh kantor untuk mewakili kantor untuk hadir di event di luar kota, yang ternyata dari manajemen diwakili oleh atasan saya langsung. Sampai detik keberangkatan, sama sekali tidak ada terbersit di kepala saya untuk melakukan hal yang diluar batas hubungan profesional dengan atasan saya. Karena selama ini pun percakapan kami tidak pernah lebih dari soal membahas pekerjaan.
Setibanya di lokasi event, kami check in sesuai dengan jatah kamar yang sudah diberikan oleh kantor. Pada hari itu belum ada acara karena acara baru akan ada esok harinya. Dan saat itu hari masih sangat terang dan cerah.
Kriiingggg….Telepon kamarku berbunyi.Aku…Suara diseberang sana yang sangat familiar menyapa.
Di, udah selesai beres-beres? Masih siang ni. Kita cari makan dulu yuk!
Aku mengiyakan dan singkat cerita kami menikmati makanan khas setempat hingga sore tiba. Dan kami pun kembali ke hotel.
Namun hal yang tidak diduga ternyata terjadi.
Di, mampirkekamarsayaduluajaya.Isengsendirian,lagianmasihsorejuga.Ajaknya.
Ok, Bu. Kebetulan saya juga males bengong sendirian di kamar. Yang ada nanti malah mikir yang engga-engga lagi. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku. Tidak disangka ternyata respon yang diberikan Bu Nadia diluar dugaanku. Ya, gapapalah. Kan udah dewasa juga. Kata itu keluar dari mulut Bu Nadia dengan dihiasi senyuman yang sangat menggoda. Senyuman yang belum pernah diberikan sebelumnya.
Kemudian aku yang sebelumnya tidak ada pikiran aneh-aneh, mulai memerhatikan sosok Bu Nadia, atasanku.
Sebagai seorang keturunan, kemolekan tubuhnya tidak bisa dipungkiri keindahannya. Kulit yang putih mulus. Tinggi badan 160 Cm dengan berat badan yang proporsional. Buah dadanya tidak terlalu besar, namun yang membuat aku berdesir adalah ketika memerhatikan leku punggung hingga bokongnya yang terbentuk dengan sangat sempurna. Ditambah hari itu Bu Nadia hanya mengenakan kaos ketat kuning dan celana Hot Pants putih. Membuat kemulusan kulitnya termpampang begitu indah.
Di kamar kami duduk ditepi tempat tidur dengan posisi berhadapan. Saling bercerita diluar urusan pekerjaan.Termasuk urusan keluarga. Dari situ aku tahu bahwa Bu Nadia yang selama ini terlihat baik-baik saja ternyata memiliki rumah tangga yang tidak harmonis. Suaminya tidak bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah. Hal ini membuat Bu Nadia harus banting tulang menghidupi keluarganya dan anak-anaknya yang mulai banyak kebutuhannya.
Ketika bercerita tanpa disadari Bu Nadia meneteskan air mata, dan aku merasa haru dan dengan reflek memeluk dan menyenderkan kepalanya dibahuku. Bu Nadia merespon dengan melingkarkan tangannya kepunggungku. Buah dadanya menyentuh dadaku. Hal ini membuat pikiranku berkecamuk. Darah ditubuhku tiba-tiba terasa mengalir begitu deras dan sontak membuat penisku menegang.
Kuusap-usap punggungnya berusaha menenangkan. Bu, mumpung lagi disini kalau Ibu mau melepas penat dan sejenak keluar dari kehidupan nyata. Aku mau koq Bu nemenin.Entah keberanian dari mana yang mendorongku berkata seperti itu. Awalnya aku takut dia akan marah menamparku. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Ia kemudian melingkarkan tangannya dileherku dengan mengusap kepala bagian belakangku.;Makasih ya,Di. Kamu udah baik sama Ibu.Mata kami bertemu. photomemek.com Dan entah siapa yang memulai. Bibirku sudah mendarat di Bibirnya.
Awalnya hanya sebuah kecupan kecil. Kami saling tertegung dan saling menatap. Beberapa detik kemudian aku menarik kepalanya dan mengecup bibirnya dengan pagutan yang menggebu. Bu Nadia pun membalas dengan melumat habis bibir bawahku, kemudian ia menjulurkan lidahnya menyapu mulutku.
Tanganku mulai menjelajahi lekuk tubuhnya yang indah dan mulus. Hingga mendarat di buah dadanya yang kenyal. Aku mainkan gunung kembar itu dari luar kaosnya.
HhhhhmmmmBu Nadia mulai mendesah halus tanpa melepaskan ciumannya.
Tanganku. Menelusup kebalik kaosnya dan mencari pengait BH kemudian melepaskannya. Setelah terlepas aku segera meremas kembali dengan remasan halus. Putingnya yang lembutpun menegang. Aku yang sudah tidak tahan akhirnya melucuti kaos yang kukenakan. Dan Bu Nadiapun melakukan hal yang sama. Kami bertelanjang dada.
Aku menarik tubuhnya untuk mendekat dan kembali berciuman. Buah dadanya yang kenyal menyentuh dadaku membuat darah ditubuhku semakin deras mengalir. Aku mengangkat tubuh mungil Bu Nadia ke tengah tempat tidur dan dengan keadaan telentang, aku menciumi lehernya dan turun menelusuri setiap inchi kulitnya yang putih hingga bertemu dengan batas celananya. Akupun segera mencari kancing celananya dan membukanya. Bu Nadia membantu dengan mengangkat pinggulnya sehingga aku dapat meloloskan celananya dengan mudah.
Termpampang sudah tubuh mungil yang polos itu. Walaupun sudah memiliki anak 2, namun keindahan tubuhnya masih seperti gadis. Hanya puting buah dadanya terlihat sudah pernah menyusui.
Mulutku kembali menelusuri hingga tiba di vaginanya yang ditutupi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Rupanya Bu Nadia rajin juga mencukur bulu kemaluannya.
Lidahku mengenai klitoris dan memainkannya.
Ahhhhh.. Rudi. Nikmat banget sayang Bu Nadia mulai mengeluarkan kata-kata mesum menunjukkan dirinya yang mulai tidak terkontrol. Lenguhannya yang cukup nyaring kadang membuatku khawatir suaranya akan terdengar oleh tamu di kamar sebelah, atau orang yang kebetulan lewat di depan kamarku. Namun karena hawa nafsu yang sudah diubun-ubun, akupun tidak memedulikan hal itu.
Terus sayang, enak banget sayangTangannya menekan kepalaku dan kakinya melingkar dipunggungku seakan memerintahkan untuk jangan berhenti melakukan apa yang sedang aku lakukan saat ini.
Tidak berapa lama kemudian tubuh Bu Nadia mengejang dan tekanan pada kepala dan punggungku bertambah kuat. Disertai dengan lenguhan yang cukup panjang dan keras.
Aaaahhhhhhh
Aku keluar sayang. Bu Nadia menarik kepalaku dan wajah kami bertemu. Kami kembali berciuman.
Aku yang belum tertuntaskan segera mengarahkan penisku dengan tangan kiriku ke lobang vagina Bu Nadia yang sudah dibasahi oleh cairan kenikmatan bercampur liurku.
Setelah ujung penisku berada dimulut vaginanya, aku menekan pinggulku.
Slebbbb
Penisku masuk dengan sempurna disertai dengan lenguhan dan pinggang Bu Nadia yang terangkat karena kaget bercampur nikmat.
Akupun melenguh tanpa kusadari.
Oohh Bu Nadia, vagina Ibu masih rapet sekali dan nikmat.
Iya karena anak-anakku dua-duanya cesar.Hal itu menjelaskan garis bekas operasi dibawah perutnya yang tadi aku lihat.
Aku mulai melanjutkan dengan mengayunkan pinggulku. Penisku keluar sampai sebatas kepalanya dan kembali aku benamkan hingga mentok.
Aku goyangkan dengan perlahan sambil menciumi bibir,wajah,dan bagian leher Bu Nadia. Terkadang bergantian turun ke Buah dadanya sambil tanganku meremas buah dadanya. Kumainkan putingnya dengan lidahku.
Aahh sayang enak banget.
Terus sayang, aku mau keluar lagi. Goyang yang cepet ya Pinta Bu Nadia.
Aku pun mempercepat ritme ayunan pinggulku. Aku merasakan ada dorongan pada penisku dan mendesak ingin keluar.
Bu aku juga mau keluar ni.
Keluarin didalem aja ya sayang.
Mendengar itu aku menambah kecepatan goyangan pinggulku dan kedua tanganku memeluk tubuh Bu Nadia. Aku menatap Bu Nadia yang sedari tadi memejamkan matanya dan begitu merasakan kenikmatan permainan ini. Sesekali keluar lenguhan dan kata-kata kotor dari mulutnya.
Nikmat banget sayang, sebentar lagi sayang. Tangan Bu Nadia melingkar dipunggungku dan menekan dengan keras. Perutnya terangkat merapat ketubuhku dan kakinya melingkar menekan pantatku.
Aaaahhhh sayang, Ahhhh.. Aaahhhh
Dan sesaat yang hampir bersamaan akupun menembakkan spermaku kedalam vaginanya yang hangat.
Aaahhhh Bu aku keluar
Aku tetap menggenjot pinggulku sampai spermaku habis tertumpah dalam vaginanya.
Kami berdua terkulai lemas. Aku merebahkan tubuhku disamping Bu Nadia.
Sayang, kamu koq hebat banget sih. Udah berapa wanita kamu taklukkan? Tanyanya sambil tersenyum.
Aku tidak menjawab pertanyaannya Bu Nadia dan hanya memberikan kecupan lembut ke bibir, pipi, dahi, dan beberapa bagian wajahnya.
Sejak malam itu, pandanganku terhadap Bu Nadia berubah total. Aku jadi lebih sering memerhatikan kemolekan tubuhnya dan parasnya yang terlihat matang dan menarik.
style=”text-align: justify;”>
Selama 3 hari kami disana tidak ada lagi kejadian seperti malam itu. Bu Nadia sangat menjunjung tinggi profesionalisme. Kami benar-benar menghadiri konferens dan malamnya kembali ke kamar masing-masing dikarenakan sudah cukup larut dan besoknya harus kembali bekerja pagi-pagi sekali.
Hingga tiba malam terakhir konferens yang membuatku sangat lega. Cukup melelahkan menghadiri acara 3hari berturut-turut seperti ini. Aku merebahkan tubuhku melepas penat setelah seharian duduk.
Tok tok tok!
Sayup aku mendengar ketukan pintu. Awalnya aku tidak menanggapi karena kantuk sudah menyerang.
Bunyi itu semakin keras dan nyata terdengar, setelah aku yakin itu adalah pintu kamarku yang diketuk, aku beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar. Aku mengintip melalui lubang intip pintu dan tidak menyangka, ternyata sosok wanita terfavoritku belakangan ini sedang berdiri dibalik sana. Aku segera membuka pintu dan menyapanya dengan wajah setengah mengantuk namun kupaksakan seceria mungkin.
Hai, kirain udah istirahat?
Aku ga bisa tidur ni Di. Aku ganggu gapapa kan?
Owh gapapa Bu, masuk yuk!
Kami duduk berhadapan seperti saat kejadian malam itu berawal dan ia memulai percakapan.
Kamu udah packing ya ternyata.
pandangannya menyapu sekilas setiap sudut kamarku dan mengamati barang-barangku yang sudah rapi karena besok kami harus mengejar penerbangan pagi.
Kita extend 1 hari koq disini, jadi kita pulang lusa. Aku udah telpon kantor dan kantor udah urus reschedule flight kita.Lanjutnya sambil tersenyum.
Hah, yang bener Bu? Jawabku dengan nada sedikit terkejut.
Iya, kenapa? Kamu ingin buru-buru pulang ya?
Aku segera menyangkal dan menunjukkan bahwa aku sangat senang dengan kabar ini.
Owh engga koq Bu. Justru aku seneng banget. Itu artinya aku punya waktu lebih lama sama Ibu. Aku meraih tangan kanannya dan mendaratkan kecupan di punggung tangannya yang putih dan halus.
Ia membalas dengan senyuman genit yang membuat tubuhku memanas. Tidak tahan lagi akupun menarik badannya mendekat dan masuk kedalam pelukanku. Pagutanpun tak terelakkan. Bu Nadia yang sedari tadi juga mungkin merasakan hal yang sama segera membalas pagutanku dengan menggebu-gebu. Tanganku bergerilya keseluruh tubuhnya.
Lumatan demi lumatan kami nikmati dan remasan demi remasan aku berikan ke pantat dan buah dadanya. Semuanya kulakukan dari balik baju terusannya.
Pintaku dan setelah berdiri, aku membuka baju terusannya yang hanya sebatas setengah pahanya. retsleting dibagian belakangnya aku turunkan dan kuloloskan bajunya kebawah. Terpampanglah pemandangan yang semakin meyakinkanku bahwa tubuh Bu Nadia benar-benar indah.
Bu Nadia mengenakan Bra yang hanya menutupi setengah buah dadanya, sebagian lainnya menyembul seakan ingin mencuat dari Branya. Lingeri biru langit yang digunakannya menambah keseksiannya malam itu. Aku segera membuka baju dan celanaku. Awalnya aku menyisakan celana dalamku, namun melihat itu Bu Nadia segera meraih celana dalamku dan menariknya kebawah.
Buka sekalian aja ya.
Aku mengangguk dan membantu meloloskan celana dalamku. Batang penisku diraihnya, diremas halus dan diusap lembut. Semantara aku asik dengan buah dadanya yang mulus. Kuremas, kecup dan jilatin setiap inchi lekukannya.
Beberapa saat kemudian aku menggendong Bu Nadia ketempat tidur. Kurebahkan dan kulepaskan pengait Bra dan lingerie yang masih tersisa dibadannya. Tidak bosan-bosan aku menikmati pemandangan ini. Aku sisir dengan tanganku dari betisnya,paha, sedikit bermain divaginanya, kemudian naik menelusuri perutnya yang langsing, hingga tiba dibuah dadanya. Aku remas dan mainkan putingnya yang sudah mengeras.
HhhhmmmTangan Bu Nadia menggenggam tangku yang sedang asik meremas buah dadanya. Pinggulnya sedikit terangkat dan ia menggesek-gesekkan kedua pahanya seakan sudah tidak tahan ingin memulai permainan yang sebenarnya.
Aku yang belum puas memainkan tubuh Bu Nadia meneruskan kegiatanku. Kali ini aku rebahkan tubuhku menyamping menghadapnya. Tangan kiriku kuselipkan dibalik kepalanya dan tangan kananku melanjutkan aktivitas meraba tubuh Bu Nadia. Remasan di buah dadanya, terkadang kuraih bibir lembutnya dan kuberikan kecupan dan lumatan yang mendalam.
Tanganku turun menusuri lekuk perutnya dan berhenti dilubang vaginanya. Kuusap-usap dari luar lalu kuselipkan jariku mencari klitorisnya. Kumainkan perlahan dan sesekali kumasukkan 2 jariku kedalam lubang vaginanya.
Aaahhhh sayang
Bu Nadia meraihku dan memelukku, membuatku kini berada diatasnya.
Pinggulnya bergoyang tidak beraturan akibat permainan jari-jariku di vaginanya.
Ahhh HhhmmmmSayang..Hhhhhmm
Lenguhan Bu Nadia semakin keras, akupun membungkamnya dengan ciuman dan pagutan dimulutnya.
Balik badan ya setelah mengangguk kecil Bu Nadia membalikkan badannya. Kini dengan berdiri di kedua lututku, aku nikmati pemandangan yang luar biasa yang menjadi favoritku. Pantatnya berbentuk bulat sempurna dan empuk. Aku tak kuasa menahan untuk meremas dan memberikan tamparan kecil di pantatnya.
Ooowhh Bu Nadia. Kamu cantik sekali. Aku suka setiap detil tubuh kamu.Ungkapku kagum.
Ahhh sayang sini sayang Bu Nadia memberi isyarat supaya kepalaku mendekat kepadanya. Dan dalam posisi memeluknya dari belakang kami kembali berpagutan. Tanganku menelusup dan meremas payudaranya dan batang penisku kuselipkan didalam lepitan pantatnya. Aahh, sungguh sensasi yang luar biasa.
Kugesek-gesekkan penisku, dan ketika kepala penisku menyentuh lubang anusnya, aku menekan berusaha masuk. Bu Nadia memberi isyarat dengan melihat ku dan menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa ia tidak mau diserangdari belakang. Aku berhenti menekan dan hanya menggesekkan penisku kembali.
Bu,pantatnya diangkat ya. Aku kembali berdiri dengan kedua lututku. Kuposisikan pantat Bu Nadia menuju penisku. Bu Nadia kini posisinya menungging dan ian bertopang dengan kedua siku tangannya.
Aku mengarahkan penisku kelubang Vaginanya. Kutekan perlahan.
Sleebbb Vaginanya yang sudah basah memudahkan penisku masuk kedalamnya.
Aaahhhh sayang… Ahhhhh. HHhhmmmmm.. Kocok sayang, goyangin yang cepet.” Pinta Bu Nadia tanpa memedulikan bahwa aku adalah anak buahnya dan dia adalah atasanku. Nafsunya telah mengalahkan segala norma dan batasan hubungan profesional antara bos dan anak buah.
Aku memompa penisku cepat dengan tanganku meremas pantatnya yang empuk. Aku memegang pinggulnya dan memaju mundurkan sambil pinggulku kugenjot sehingga tubuh Bu Nadia terguncang-guncang.
Aku pun semakin tak terkontrol Hhh hhhhh sayang nikmat banget sayang. Aku sayang kmu Nadia
Ouwwhhh sayang terus. putri77.com Kini Bu Nadia mengangkat tubuhnya dan bertopang dengan kedua tangannya. Aku mengintip kearah cermin disamping tempat tidur, payudara Bu Nadia mengayun-ayun indah akibat guncangan tubuhnya maju mundur.
Plok plok plok Bunyi hentakan antara pantatnya dengan pinggulku. Aku meraih Payudaranya dan meremasnya sambil kulanjutkan genjotan penisku dilubang vaginanya.
Beberapa saat kemudian kepala Bu Nadia terangkat keatas dan tubuhnya mengejang disertai lenguhan yang cukup panjang kali ini.
Aaaaahhhhhhh Bu Nadia pun lemas dan merebahkan tubuhnya. Aku melepas penisku dan membalikkan kembali tubuh Bu Nadia. Karena aku belum keluar aku meminta ijin kepadanya untuk melanjutkan.
Aku belum keluar Bu. Aku lanjutin ya.
Iya sayang. Jawabnya sambil tersenyum lemas. Sebenarnya kasihan melihat dirinya yang sudha lemas begitu, tapi nafsuku tidak memedulikannya. Aku kembali membenamkan penisku kedalam lubang vaginanya dan kugenjot perlahan dan semakin lama semakin cepat.
Bu Nadia mengernyitkan dahinya dan memejamkan matanya. Sepertinya ia ngilu karena ia baru saja keluar, tapi lagi-lagi aku tidak peduli. Aku teruskan menggenjot tubuh Bu Nadia sambil meremas payudaranya.
Sssshhhh.Ouwwhhhhh.SssshhhayaaangggAaahhhhh Bu Nadia meracau. Tangannya meraba tubuhku.
Akhirnya aku merasakan ada yang mendesak dari bawah sana. Aku mau keluar. Aku menghampiri wajah Bu Nadia dan mengecupnya, Aku mau keluar ya Bu. Bu Nadia kemudian melingkarkan tangannya dan melilitkan kakinya menekan pinggulku.
Aku mempercepat ayunan pinggulku.
Aku merasakan pelukan dan jepitan kaki Bu Nadia semakin keras dan tubuhnya kembali mengejang.
mmmm mmmm mmmmmm mmmmMMMMM Aaahhhhhhh.. Nadia aku keluaaArRrr..AahhhhhAahhhhhhh
Aaaahhhh Rudi.Aaaahhhhhh Aku juga aaaAAhhhh mmmmhhhhhAaAaahhhh!
Kugenjot pada setiap semburan spermaku yang kini memenuhi lubang kenikmatan miliki Bu Nadia.
Bu Nadia mulai melemas dan melepaskan jepitan tangan dan kakinya. Kini ia terkulai lemas dan akupun merebahkan tubuhku disampingnya.
Aku tatap wajahnya. Matanya terpejam dan senyumannya menandakan ia menerima kepuasan yang sangat malam ini.
Malam itu kami bermalam dikamarku. Aku menarik selimut membungkus tubuh polos kami berdua.
Sebelum tertidur aku membayangkan besok akan menjadi hari yang panjang bagi kita berdua. dan Hari itu akan kami habiskan dikamar ini
Aku terlelap.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,